Assalamu'alaikum Ahlan Wasahlan

Kisah Si Gadis Manja

Disebuah masjid sekolah, duduklah seorang gadis berjilbab. Sabila, yah itulah panggilannya. Ia tergolong anak manja, karna mungkin ia adalah anak terakhir dari 2 bersaudara. Semasa kecil orang tua Sabila memang memanjakannya bahkan seorang kakak laki-lakinya pun amat sayang padanya yang juga memanjakannya. Ia paling tidak suka dengan hal-hal yang berbau “kotor”. Sewaktu ia masih duduk di masa taman kanak-kanak kebahagiaan selalu tercurah untuknya. dikala musim hujan tiba, ia tak ingin berjalan di jalanan yg kotor, akhirnya selama musih hujan itupun ibunya yang selalu menggendongnya, mengantar, menunggunya hingga ia duduk di bangku SMA pun ia masih sering diantar-jemput ibunya. Begitu besar kasih sayang orang tuanya, terutama ibu dan kakak laki-lakinya. Sabila,..ia memang anak manja dan prestasi selama ia TK hingga kelas 4 SD tidak begitu menonjol. Di saat ia duduk dibangku kelas 5 SD, ketika pembagian rapor kelas, ia tidak mendapatkan peringkat kelas, kala itu ibunya merasa malu dengan kondisi anaknya tersebut. Diantara teman-temannya ia tergolong anak yang kurang. Dipukullah kepala anaknya didepan teman-teman dan para orang tua murid kala itu, hingga dikeningnya terdapat luka memar dan lebam agak menonjol akibat pukulan sang ibu. Sabila pun menangis tersakiti, tak pernah ia mendapat perlakuan kasar seperti itu. Tersentak ibunya pun terpana melihat bekas pukulan yang ada dikening sang anak. Sabila menangis tanpa henti, lalu ibunya menggandengnya karena merasa bersalah, sang ibu membelikannya makanan apapun kesukaannya saat itu di canteen sekolah, ia membelikan bermacam-macam aksesoris rambut untuk anaknya, yang kebetulan sabila senang menghias rambutnya. Semarah-marahnya orang tua, ia tak ingin menyakiti anaknya, itu adalah efek kemarahan sang ibu hingga tak sadarkan diri, namun kasih sayangnya selalu tetap ada.

Setelah kejadian itu, entah mengapa Allah memberikan mu’jizat dan hikmah, sabila menjadi anak pintar dikelasnya, ia mendapat peringkat 2 dikelasnya, ia mengikuti lomba-lomba dan sering mendapat juara. SMP negeri favorite ia dapatkan, berbagai prestasi ia dapatkan yang semua itu menjadi warna hidupnya namun sifat kemanjaannya masih terlekat dalam dirinya, hingga ia menjadi anak rumahan yang jarang sekali keluar rumah. Yah,..kisah pemukulan sang ibu membuatnya pintar. Memang terdengarnya aneh, namun itulah kebesaran Allah.

Tiga tahun berlalu Sabila menapakkan kakinya di halaman sekolah barunya, berseragam putih abu-abu. Ia dimasukkan di sekolah SMAIT. Musibah terjadi dalam keluarganya, saat ia duduk dibangku kelas 2 SMA, sang ibu mendapat cobaan diberikannya ia penyakit sehingga sulit untuk bangun dan berjalan. Mulailah Sabila berfikir untuk menjadi pribadi yang mandiri, ia belajar untuk memasak, mengerjakan semua pekerjaan rumah dan merawat ibunya. Sang ayah sibuk dengan bekerja begitu pula sang kakak, yang sibuk dengan kuliah dan bekerja. Setahun berlalu, sang ibu sembuh, ia pun memasuki universitas, ia beranjak dewasa, sang kakak yang semakin sibuk dengan pekerjaannya, ia menjadi pribadi mandiri, ia berusaha untuk menghilangkan sifat kemanjaanya itu. Sabila yang anti dengan berjalan kaki, kini ia selalu berjalan kaki tanpa antar- jemput. Ia yang selalu ditemani kemana pun ia melangkah, kini ia mencoba untuk mandiri kemana pun ia melangkah. Masih banyak yang harus Sabila pelajari tentang arti kedewasaan dan kemandirian dalam dirinya. Dengan semangat yang ada dalam dirinya ia menjadi sosok pribadi mandiri dan bukanlah anak manja.

Begitulah kisah Sabila, seorang gadis manja, Allah telah memperlihatkan kebesarannya. Kasih sayang sang ibu sepanjang masa, dan setiap peristiwa pasti ada hikmah dibalik peristiwa itu.

0 komentar:

Posting Komentar