Assalamu'alaikum Ahlan Wasahlan
Tampilkan postingan dengan label Ilmu Sosial Dasar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ilmu Sosial Dasar. Tampilkan semua postingan

Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat

Rangkuman Materi “Pertentangan-Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat-Masyarakat”

1. Perbedaan Kepentingan

Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku individu. Dengan berpegang pada prinsip bahwa tingkah laku individu merupakan cara atau alat dalam memenuhi kebutuhannya, maka kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat pada hakikatnya merupakan kepuasan pemenuhan dari kepentingan tersebut.Karena setiap individu satu dengan yang lainnya tidak sama persis dalam aspek-aspek pribadinya,maka timbul perbedaan dalam hal kepentingan, antara lain: kepentingan individu untuk memperoleh kasih sayang, harga diri, penghargaan yang sama, perstasi dan posisi, dibutuhkan orang lain, kedudukan didalam kelompoknya, rasa aman dan perlindungan diri, kemerdekaan diri.
Perbedaan kepentingan itu secara langsung menyebabkan terjadinya konflik yang memiliki beberapa fase, yaitu:

• Fase disorganisasi yang terjadi karena adanya kesalah pahaman (akibat pertentangan antara harapan dengan standar normative).

• Fase dis-integrasi(konflik), terjadi karena adanya pernyataan tidak setuju dalam berbagai bentuk seperti timbulnya emosi massa, protes, aksi mogok, pemberontakan, dll.


2. Prasangka, Diskriminasi, dan Ethnosentrisme

 Prasangka dan diskriminasi

Perbedaan prasangka dan diskriminasi adalah bahwa prasangka menunjukkan pada aspek sikap sedangkan diskriminasi pada tindakan.

Berikut adalah sebab-sebab terjadinya prasangka dan diskriminasi:

• Latar belakang sejarah,

• Latar belakang oleh perkembangan sosio-kultural dan situasional,

• Bersumber darri factor kepribadian,

• Perbedaan keyakinan, kepercayaan, dan agama.

Berikut usaha mengurangi/menghilangkan prasangka dan diskriminasi:

• Perbaikkan kondisi sosial ekonomi,

• Perluasan kesempatan belajar,

• Sikap terbuka dan saling lapang dada.

 Ethnosentrisme

Anggapan suatu bangsa/ras yang cenderung menganggap kebudayaan mereka sebagai suatu yang prima, riil, logis, sesuai dengan kodrat alam dan beranggapan bahwa bangsa/ras lain kurang baik dimata mereka. Akibat dari ethnosentrisme adalah penampilan ethnosentrik yang dapat menjadi penyebab utama kesalah pahaman dalam berkomunikasi.


3. Pertentangan-pertentangan sosial/ketegangan dalam masyarakat

Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengan kebencian atau permusuhan pada suatu lingkungan. Adapun cara pemecahan konflik tersebut adalah sebagai berikut:

• Elimination; pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.

• Subjugation atau Domination; pihak yang mempunyai kekuatan terbesar memaksa pihak lain untuk mengalah dan menaatinya.

• Majority rule; suara terbanyak yang ditentukan oleh voting.

• Minority consent; kelompok mayoritas yang menang, namun kelompok minoritas tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan secara sepakat untuk melakukan kegiatan bersama.

• Compromise; semua sub kelompok yang terlibat dalam konflik berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah.

• Integration; pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan, dan ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan memuaskan bagi semua pihak.


4. Golongan-golongan yang berbeda dan integritas sosial

Masyarakat Indonesia tergolong masyarakat majemuk karena memiliki bermacam-macam suku bangsa dan golongan sosial yang disatukan oleh kekuatan nasional yang berwujud Negara Indonesia. Integrasi adalah masalah besar yang dihadapi oleh Indonesia setelah merdeka. Integrasi adalah keserasian persatuan seperti halnya Bhineka Tunggal Ika. Bariable yang menghambat integrasi adalah klaim penguasaan atas wilayah yang dianggap miliknya, isu asli tidak asli berkaitan dengan perbedaan kehidupan ekonomi antara warga Negara Indonesia asli dengan keturunan (Tionghoa, Arab), agama, dan perasangka. Integrasi sosial adalah adanya kerja sama dari seluruh anggota masyarakat mulai dari individu, keluarga, lembaga masyarakat secara keseluruhan. Integrasi nasional adalah masalah yang dialami semua Negara, beberapa permasalahan integrasi nasional adalah:

• Perbedaan ideology,

• Kondisi masyarakat yang majemuk,

• Masalah territorial daerah yang berjarak cukup jauh,

• Pertumbuhan partai politik.

Adapun cara yang dilakukakan untuk mengurangi kesenjangan-kesenjangan itu adalah:

• Mempertebal keyakinan seluruh warga Negara terhadap ideology nasional.

• Membuka isolasi antar berbagai kelompok etnis dan antar daerah/pulau dengan membangun sarana komunikasi, informasi, dan transportasi.

• Menggali kebudayaan daerah untuk menjadi kebudayaan nasional.

• Membentuk jaringan asimilasi bagi berbagai kelompok etnis baik pribumi atau keturunan asing.

Nina Nursartika
NPM: 14609577
Sastra Inggris, 2SA03











Hubungan Desa dengan Kota

Hubungan Timbal Balik Antara Desa dengan Kota

Mungkin kita sekarang sudah mulai paham isi dari sinopsis yang menyatakan kalau desa dan kotaitu ada hubungan. Hubungan ini dinamakan dengan interaksi wilayah yaitu wilayah desa dan Kota. Interaksi wilayah (Spatial Interaction) adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara dua wilayah atau lebih, yang dapat melahirkan gejala, kenampakkan dan permasalahan baru, secara langsung maupun tidak langsung, sebagai contoh antara kota dan desa.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa interaksi antar wilayah memiliki tiga prinsip pokok sebagai berikut :

1. Hubungan timbal – balik terjadi antara dua wilayah atau lebih

2. Hubungan timbal balik mengakibatkan proses pengerakan yaitu :

· Pergerakan manusia (Mobilitas Penduduk)

· Pergerakan informasi atau gagasan, misalnya : informasi IPTEK, kondisi suatu wilayah

· Pergerakan materi / benda, misalnya distribusi bahan pangan, pakaian, bahan bangunan dan sebagainya

3. Hubungan timbal balik menimbulkan gejala, kenampakkan dan permasalahan baru yang bersifat positif dan negatif, sebagai contoh :

· kota menjadi sasaran urbanisasi

· terjadinya perkawinan antar suku dengan budaya yang berbeda

Faktor Interaksi Desa – Kota

· Adanya wilayah – wilayah yang saling melengkapi (regional complementarity) artinya, terdapat kebutuhan timbal balik antar wilayah sebagai akibat adanya perbedaan potensi yang dimiliki oleh tiap wilayah.

· Adanya kesempatan untuk berintervensi (intervening opportunity) artinya, kedua wilayah memiliki kesempatan melakukan hubungan timbal balik serta tidak ada pihak ketiga yang membatasi kesempatan itu. Adanya campur tangan /intervensi pihak ketiga (wilayah ketiga) dapat menjadi penghambat atau melemahkan interaksi antara dua wilayah.

· Adanya kemudahan transfer/ pemindahan dalam ruang (spacial transfer ability) artinya kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang baik manusia, informasi ataupun barang sangat bergantung dengan faktor jarak, biaya angkasa (transportasi) dan kelancaran prasarana transportasi. Jadi semakin mudahtransferbilitas, maka akan semakin besar arus komoditas.

Aspek Interaksi Desa – Kota

1. Aspek Ekonomi, meliputi :

ü Melancarkan hubungan antara desa dengan kota

ü Meningkatkan volume perdagangan antara desa dengan kota

ü Meningkatkan pendapatan penduduk

ü Menimbulkan kawasan perdagangan

ü Menimbulkan perubahan orientasi ekonomi penduduk desa

Aspek Sosial, meliputi :

ü Terjadinya mobilitas penduduk desa dan kota

ü Terjadinya saling ketergantungan antara desa dengan kota

ü Meningkatnya wawasan warga desa akibat terjalinnya pengaruh hubungan antara warga desa dengan warga kota

Aspek Budaya meliputi :

ü meningkatnya pendidikan di desa yang ditandai dengan meningkatnya jumlah sekolah dan siswanya yang bersekolah

ü Terjadinya perubahan tingkah laku masyarakat desa yang mendapatkan pengaruh dari masyarakat kota

ü Potensi sumber budaya yang terdapat di desa hingga melahirkan arus wisatawan masuk desa

Manfaat Interaksi Desa – Kota

1. meningkatnya hubungan sosial ekonomi antara penduduk desa dan kota

2. pengetahuan penduduk desa meningkat

3. dapat menumbuhkan arti pentingnya pendidikan bagi penduduk desa

4. dapat menumbuhkan heterogenitas mata pencarian penduduk desa

5. terjadinya peningkatan pendapatan

6. terpenuhinya berbagai kebutuhan penduduk baik di perkotaan maupun pedesaan

Dampak Interaksi Desa – Kota

Interaksi antara dua wilayah akan melahirkan gejala baru yang meliputi aspek ekonomi, sosial, maupun budaya. Gejala tersebut dapat memberikan dampak bersifat menguntungkan (positif) atau merugikan (negatif ) bagi kedua wilayah. Demikian pula halnya gejala interaksi antara dua desa dan kota.

Nina Nursartika

NPM: 14609577

Sastra Inggris, 2SA03

Sistem Pelapisan Sosial

Aspek-Aspek Positif dan Negatif Dari Sistem Pelapisan Sosial

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang hidup bersama, bercampur untuk waktu yang cukup lama, sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan dimana mereka merupakan sistem hidup bersama. Unit terkecil masyarakat adalah keluarga terdiri dari bapak, ibu dan anak. Di kantor ada atasan, bawahan, diperusahaan ada majikan, buruh. Bahkan dalam penduduk pun kita temui katagori penduduk berpendapatan rendah, penduduk berpendapatan sedang dan penduduk berpendapatan tinggi. Kenyataan-kenyataan yang terlihat ini menunjukkan bahwa didalam kehidupan manusia, maupun kehidupan alam terdapat adanya tingkatan/lapisan didalamnya; pelapisan terdapat sebagai suatu kenyataan dalam masyarakat. Pelapisan maksudnya adalah keadaan yang berlapis-lapis atau bertingkat-tingkat. Istilah pelapisan diambil dari kata stratifikasi. Istilah stratifikasi berasal dari kata stratum (jamaknya adalah strata, yang berarti lapisan). Pitirim A sorokin mengatakan bahwa pelapisan sosial adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarchies). Perwujudan dari gejala stratifikasi sosial adalah adanya tingkatan tinggi dan rendah. Dasar dan inti lapisan-lapisan didalam masyarakat adalah karena tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak, kewajiban dan tanggung jawab, serta dalam pembagian nilai-nilai sosial dan pengaruhnya diantara anggota masyarakat.

Di dalam suatu masyarakat, pasti ada sesuatu yang paling dihargai oleh masyarakat. Bagi masyarakat agraris, tanah adalah sesuatu yang paling dihargai; bagi masyarakat industri, uang adalah sesuatu yang paling dihargai. Pada masyarakat kota, pendidikan dapat merupakan hal yang paling dihargai. Sumber-sumber seperti uang, tanah, pendidikan akan menyebabkan adanya pelapisan. Jadi mereka yang memiliki uang, tanah ataupun berpendidikan tinggi akan menempati lapisan atas suatu masyarakat. Golongan lapisan tertinggi dalam suatu masyarakat tertentu, dalam istilah sehari-hari juga dinamakan “elite”. Dengan demikian pelapisan berarti bahwa dalam masyarakat ada sejumlah kelompok masyarakat yang mempunyai posisi berbeda-beda dalam tata tertib sosial masyarakat, dimana golongan-golongan itu mendapat atau menikmati hak-hak tertentu.

· Aspek negative dari system pelapisan sosial:

Beberapa aspek negative yang akan timbul akan menimbulkan kesenjangan sosial dan diskriminasi, aspek negative ini bisa saja terjadi pada daerah-daerah pedesaan, pasalnya pedesaan yang umumnya petani akan senantiasa lebih dikuasai oleh tengkulak-tengkulak yang memainkan harga pasar yang cenderung seringkali merugikan para petani, contohnya para petani daun bakau untuk pembuatan rokok, harga bakau harus ditentukan oleh tengkulak yang sudah bekerja sama dengan produsen rokok yang telah memilik nama. Tingkatan ekonomi lah yang membuat stratifikasi sosial ini muncul, belum lagi karena jabatan dan tingkat pendidikan.

· Aspek Positif dari system pelapisan sosial:

Aspek lain dari pelapisan sosial ini bisa saja menjadi hal yang menguntugkan bagi sebagian orang, aspek positif ini dapat kita jumpai di berbagai tempat contohnya jika kita seorang pejabat pemerintah kita mungkin akan sedikit lebih mudah dalam urusan birokrasi, karena adanya bantuan orang dalam yang memiliki jabatan. Pelapisan sosial di pedesaan mungkin akan menimbulkan hal baik bagi para pencari modal apabila seseorang yang memilik tingkat ekonomi menengah ke atas berpendidikan tinggi juga mempunyai jabatan dapat bekerja sama dengan masyarakat ke bawah untuk saling membantu dengan mendirikan koperasi kecil-kecilan dengan modal yang sudah di danai oleh orang yang mempunyai pengaruh kuat di daerah itu.

Pelapisan sosial pastilah terjadi dimanapun kita berada, namun tergantung dari bagaimana kita menyikapi dan menjaganya agar tidak adanya kecemburuan, kesenjangan, dan diskriminasi sosial pada masyarakat dalam tingkatan apapun, entah menengah ke atas atau ke bawah, semua manusia dengan derajat yang sama, yang membedakan tinggi rendah hanyalah akhlak yang mulia. Jika kita beruntung menjadi seorang yang tinggi di mata sosial, maka jangan menyalahgunakan kedudukan tinggi tersebut, dan jika kita berada dalam tingkatan rendah, maka berusahalah agar hidup kita menjadi bermakna bagi orang lain meski kita hanya orang biasa yang selalu tertindas.

Nina Nursartika

NPM: 14609577

Sastra Inggris, 2SA03

Peranan Pemuda

Peranan Pemuda Dalam Segala Bidang Kehidupaan


Dalam konteks bangsa yang memiliki krisis multidimensi atau boleh dikatakan sekarat saat ini, maka peran pemuda sangat diharapkan selain karena kekuatannya yang dibuktikan dalam sejarah maupun intelektual yang dimiliki juga karena pemuda memiliki semangat idealisme yang tinggi.

Berikut adalah peranan pemuda di masyarakat dalam segala bidang, yaitu:

a. Peran pemuda dalam bidang social dalam masyarakat

Peranan pemuda dalam sosialisi bermasyarakat itu sangat banyak peranannya seperti kerja bakti, acara-acara keagamaan, adat istiadat biasanya yang berperan aktif dalam menyukseskan acara tersebut adalah pemuda sekitar, yang biasanya membentuk karang taruna. Tidak hanya itu peranan pemuda di masyarakat pun mengadakan perubahan dalam masyarakat kearah yang lebih baik dan bersifat kemanusiaan, seperti saat ada bencana alam, mereka ikut serta dalam mengadakan penarikan sumbangan untuk membantu para korban. Lalu mereka melancarkan pembangunan disegala bidang yang bersifat fisik maupun non fisik.,seperti saat ada pembangunan masjid, jembatan, dll. Dan pemuda pun bertindak sebagai pelopor pembaruan. Pemuda harus merevitalisasi perannya menjadi sosial kontrol, serta sumber gagasan ideal bagi bangsa ini. Hadirnya pemuda yang intelektual dan idealis diharapkan dapat menjadi penggerak lajunya perubahan sosial kearah yang lebih baik. Paling tidak pada saat ini dapat mengingatkan para pengambil kebijakan bahwa masih banyak ketimpangan-ketimpangan sosial yang terjadi. Penyampaian gagasan-gagasan yang ideal tersebut menjadi kritik yang harus dinilai konstruktif dalam perbaikan bangsa ini kedepan.

b. Peran pemuda dalam bidang politik

Wujud pemuda dalam bidak politik yaitu setelah proklamasi pemuda Indonesia membentuk organisasi politik maupun militer, yang gunanya untuk menyiapkan diri jikalau Negara kita ada bahaya atau terjadi peperangan. Selain membentuk organisasi politik maupun militer membentuk kesatuan aksi untuk mepersiapkan diri untuk membantu menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah. Karenanya suara rakyat harus disampaikan dengan turun kejalan atau demonstrasi. Begitupula pula para pengambil kebijakan negeri ini alpa dan mungkin tertidur sehingga harus dibangunkan dengan suara-suara yang keras dengan menggunakan mikrofon. Dibalik semua itu hal yang paling perlu dilihat lebih jauh adalah masih adanya semangat pemuda-pemuda tersebut yang senantiasa gelisah melihat fenomena sosial yang terjadi di sekitarnya. Semua juga perlu mengingatkan pemuda agar dalam melakukan kontrol sosial dalam bentuk demontstrasi agar dapat terkontrol dan terkawal dengan baik sehingga tidak menimbulkan persepsi negatif di mata masyarakat umum.

Itulah wujud peranan pemuda dalam masyarakat untuk merubah kehidupan social masyarakat, karena perubahan sosial adalah sebuah keniscayaan dan sejarah membuktikan bahwa pemuda selalu ada menjadi kreator dan inspirator dalam setiap perubahan sosial tersebut.

by: Nina'ns

Kawin Campur

CONTOH KASUS MENGENAI STATUS KEWARGANEGARAAN ANAK PERKAWINAN CAMPURAN

Indonesia menganut asas kewarganegaraan tunggal, dimana kewarganegaraan anak mengikuti ayah, sesuai pasal 13 ayat (1) UU No.62 Tahun 1958 :

“Anak yang belum berumur 18 tahun dan belum kawin yang mempunyai hubungan hukum kekeluargaan dengan ayahnya sebelum ayah itu memperoleh kewarga-negaraan Republik Indonesia, turut memperoleh kewarga-negaraan Republik Indonesia setelah ia bertempat tinggal dan berada di Indonesia”

BERIKUT ADALAH CONTOH STATUS ANAK HASIL PERKAWINAN CAMPURAN

Sebut saja Marcellina, wanita asal Surabaya, pada bulan Juli 2003 saat pulang ke Indonesia bersama kedua anaknya, Sonia dan Julian, Marcellina tak menyangka hidupnya akan berubah cerah sejak 11 Juli 2006 silam, saat DPR mengesahkan UUK yang baru. Marcellina mengisahkan, awal 2001 ia menikah di negara bagian Ohio, Amerika Serikat. Suaminya orang Amerika. Pernikahan itu dicatatkan di Konsulat Jenderal RI setempat. Akhir 2001 Marcellina melahirkan Sonia. Setahun kemudian, Julian lahir. Keduanya tercatat sebagai warga negara Amerika, sesuai dengan asas ius soli yang dianut Amerika. Persoalan berat dalam pernikahannya membuat Marcellina, tanpa sepengetahuan suaminya, membawa kedua anaknya yang saat itu berusia 7 bulan dan 17 bulan pulang ke Jakarta pada Juli 2003. Kondisi mendesak membuat Marcellina nekat membawa kedua anaknya keluar Amerika tanpa sempat dibuatkan paspor. Agar Sonia dan Julian bisa masuk ke Indonesia, Marcellina meminta bantuan Kedubes RI di Washington untuk membuatkan Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP) bagi Sonia dan Julian, yang hanya berlaku sebagai travel document. Sampai di Jakarta, ia mencatatkan pernikahannya ke Catatan Sipil di Jakarta dan mendapat Tanda Bukti Laporan Perkawinan. Ia juga mencatatkan kelahiran kedua anaknya sebagai Tanda Bukti Laporan Kelahiran di tempat yang sama. Masalah mulai muncul saat Marcellina bermaksud mengurus Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) bagi kedua anaknya. Kantor imigrasi menolaknya karena Sonia dan Julian tak punya paspor. Pihak kedutaan mengharuskan kedua orangtua hadir di depan pejabat kedutaan atau salah satu orang tua yang absen, memberikan surat izin untuk aplikasi atau perpanjangan paspor bagi anak di bawah usia 14 tahun. Apesnya, suami Marcellina berusaha menghalangi proses tersebut. Di sisi lain, perubahaan kewarganegaraan dari WNA menjadi WNI, hanya bisa dilakukan setelah anak mencapai usia 18 tahun. "Sejak saat itu mereka terkatung-katung, dinyatakan sebagai anak stateless, tanpa kewarganegaraan." Sonia dan Julian bisa terkena sanksi overstay, karena sejak tiba di Indonesia Marcellina yang tergabung dalam Keluarga Perkawinan Campuran Melalui Tangan Ibu (KPC Melati) tidak pernah membayar atau memperpanjang izin tinggal kedua anaknya. Mereka juga disebut penduduk gelap karena tak pernah terdaftar di keimigrasian. "Di sini, saya disebut menyembunyikan anak WNA. Lalu, karena tidak memberitahu suami saat membawa mereka keluar dari wilayah Amerika, di sana saya disebut melakukan penculikan anak. Padahal saya yang melahirkan mereka," papar wanita asal Surabaya ini. Ia tak bisa membayangkan nasib kedua anaknya bila saat bersekolah tiba karena tanpa KITAS, mereka tak bisa sekolah. Itu sebabnya, ia sangat lega DPR mengesahkan UUK yang baru, yang memberikan kewarganegaraan ganda pada anak hasil perkawinan campuran sampai anak berusia 18 tahun. Dengan kewarganegaraan ganda ini, Sonia dan Julian kini juga menjadi WNI. Marcellina kini tak perlu sembunyi lagi.

by: Nina'ns



Individu, Keluarga dan Masyarakat

Peran Keluarga dalam Pembentukkan Kepribadian Anda

Keluarga adalah unit satuan masyarakat yang terkecil yang merupakan suatu komponen kecil dalam masyarakat. keluarga disebut sebagai primary group dalam perkembangan individu. Begitu banyak peranan keluarga untuk membentuk kepribadian anak.. Termasuk kepribadian yang ada di diri saya sendiri. Saya ingin menceritakan sedikit tentang bagaimana peranan keluarga dalam membentuk kepribadian saya. Perkenalkan nama saya Nina Nursartika, saya lahir di klaten, 1 Januari 1991. Saya anak ke 2 dari 2 bersaudara. Kedua orang tua saya Alhamdulillah masih hidup yang berasal dari Solo, Jawa Tengah. Kakak laki-laki saya saat ini berumur 25 tahun. Saya berasal dari keluarga yang memiliki latar belakang baik dan jelas. Keluarga saya sangat agamis dan protektif. Di dalam keluarga saya menerapkan aturan dan aturan itu benar-benar harus dipatuhi dan tidak boleh dirusak. Keluarga saya begitu berperan penting dalam membentuk pribadi saya. karena lingkungan yang terdekat adalah keluarga. Keyakinan, pemikiran, dan perilaku orang tua saya begitu sangat berpengaruh untuk saya pribadi. Orang tua saya sangat perhatian pada anak-anaknya. Kami menerapkan system demokrasi dan keterbukaan, jadi begitu ada masalah apapun kami selalu terbuka dan jika memang harus diselesaikan maka kami memecahkan solusi secara bersama. Saya bersyukur memiliki keluarga yang begitu perhatian dan bisa menjadi suri tauladan minimal bagi anak-anaknya. Jadi perilaku-perilaku anak akan menjadikan penyempurna mata rantai interaksi anggota keluarga dan pada saat yang sama interaksi ini akan membentuk kepribadiannya secara bertahap dan memberikan arah serta menguatkan perilaku anak pada kondisi-kondisi yang sama dalam kehidupan.

Nina Nursartika, 2SA03

-Ilmu Sosial Dasar-


Akulturasi

Pernahkah kalian mendengar kata akulturasi, hmm…sebenarnya apa sih akulturasi itu?, Mari kita kaji terlebih dahulu. Akulturasi berhubungan dengan kebudayaan. Nah apa itu budaya?, Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Nah jika kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari. Kebudayaan itu bersifat abstrak dan sangat erat hubungannya dengan masyarakat.

Sedangkan akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. Ada beberapa faktor internal dan eksternal mengapa akulturasi itu tumbuh di masyarakat adalah sebagai berikut:

Faktor Internal

§ Bertambah dan berkurangnya penduduk (kelahiran, kematian, migrasi)

§ Adanya Penemuan Baru:

1. Discovery: penemuan ide atau alat baru yang sebelumnya belum pernah ada

2. Invention : penyempurnaan penemuan baru

3. Innovation /Inovasi: pembaruan atau penemuan baru yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat sehingga menambah, melengkapi atau mengganti yang telah ada. Penemuan baru didorong oleh : kesadaran masyarakat akan kekurangan unsure dalam kehidupannya, kualitas ahli atau anggota masyarakat

§ Konflik yang terjadi dalam masyarakat

§ Pemberontakan atau revolusi

Faktor Eksternal

1. sikap menghargai hasil karya orang lain

2. keinginan untuk maju

3. system pendidikan yang maju

4. toleransi terhadap perubahan

5. system pelapisan yang terbuka

6. penduduk yang heterogen

7. ketidak puasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu

8. orientasi ke masa depan

9. sikap mudah menerima hal baru

Berikut adalah contoh hasil akulturasi:

Kesenian

Wujud akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra dan seni pertunjukan .

· Dalam seni rupa contoh wujud akulturasinya dapat dilihat dari relief dinding candi (gambar timbul), gambar timbul pada candi tersebut banyak menggambarkan suatu kisah/cerita yang berhubungan dengan ajaran agama Hindu ataupun Budha. candi Borobudur yang menggambarkan Budha sedang digoda oleh Mara yang menari-nari diiringi gendang. Relief ini mengisahkan riwayat hidup Sang Budha seperti yang terdapat dalam kitab Lalitawistara. Demikian pula halnya dengan candi-candi Hindu. Relief-reliefnya yang juga mengambil kisah yang terdapat dalam kepercayaan Hindu seperti kisah Ramayana yang digambarkan melalui relief candi Prambanan ataupun candi Panataran.

· Untuk wujud akulturasi dalam seni sastra dapat dibuktikan dengan adanya suatu ceritera/ kisah yang berkembang di Indonesia yang bersumber dari kitab Ramayana yang ditulis oleh Walmiki dan kitab Mahabarata yang ditulis oleh Wiyasa. Kedua kitab tersebut merupakan kitab kepercayaan umat Hindu. Tetapi setelah berkembang di Indonesia tidak sama proses seperti aslinya dari India karena sudah disadur kembali oleh pujangga-pujangga Indonesia, ke dalam bahasa Jawa kuno. Dan, tokoh-tokoh cerita dalam kisah tersebut ditambah dengan hadirnya tokoh punokawan seperti Semar, Bagong, Petruk dan Gareng. Bahkan dalam kisah Bharatayuda yang disadur dari kitab Mahabarata tidak menceritakan perang antar Pendawa dan Kurawa, melainkan menceritakan kemenangan Jayabaya dari Kediri melawan Jenggala.

· Untuk wujud akulturasi dalam seni pertunjukan yaitu salah satunya pertunjukan Wayang. Seni pertunjukan wayang merupakan salah satu kebudayaan asli Indonesia sejak zaman prasejarah dan pertunjukan wayang tersebut sangat digemari terutama oleh masyarakat Jawa. Wujud akulturasi dalam pertunjukan wayang tersebut terlihat dari pengambilan lakon ceritera dari kisah Ramayana maupun Mahabarata yang berasal dari budaya India, tetapi tidak sama persis dengan aslinya karena sudah mengalami perubahan. Perubahan tersebut antara lain terletak dari karakter atau perilaku tokoh-tokoh ceritera misalnya dalam kisah Mahabarata keberadaan tokoh Durna, dalam cerita aslinya Dorna adalah seorang maha guru bagi Pendawa dan Kurawa dan berperilaku baik, tetapi dalam lakon di Indonesia Dorna adalah tokoh yang berperangai buruk suka menghasut.

Peralatan Hidup dan Teknologi

Salah satu wujud akulturasi dari peralatan hidup dan teknologi terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India, karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi perbuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan.

Bahasa

WuWujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa Sansekerta yang dapat Anda temukan sampai sekarang dimana bahasa Sansekerta memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Sansekerta pada awalnya banyak ditemukan pada prasasti (batu bertulis) peninggalan kerajaan Hindu – Budha pada abad 5 – 7 M, contohnya prasasti Yupa dari Kutai, prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Tetapi untuk perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta di gantikan oleh bahasa Melayu Kuno seperti yang ditemukan pada prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya 7 – 13 M. Untuk aksara, dapat dibuktikan adanya penggunaan huruf Pallawa, kemudian berkembang menjadi huruf Jawa Kuno (kawi) dan huruf (aksara) Bali dan Bugis. Hal ini dapat dibuktikan melalui Prasasti Dinoyo (Malang) yang menggunakan huruf Jawa Kuno.

Kepercayaan

Sistem kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Budha masuk ke Indonesia adalah kepercayaan yang berdasarkan pada Animisme dan Dinamisme. Dengan masuknya agama Hindu – Budha ke Indonesia, masyarakat Indonesia mulai menganut/mempercayai agama-agama tersebut. Agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan animisme dan dinamisme, atau dengan kata lain mengalami Sinkritisme. Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu. Untuk itu agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu – Budha yang dianut oleh masyarakat India. Perbedaaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dalam upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau Budha yang ada di Indonesia. Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India.

Organisasi Sosial Kemasyarakatan

Wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan terlihat dalam organisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia setelah masuknya pengaruh India.

Dengan adanya pengaruh kebudayaan India tersebut, maka sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang raja secara turun temurun. Raja di Indonesia ada yang dipuja sebagai dewa atau dianggap keturunan dewa yang keramat, sehingga rakyat sangat memuja Raja tersebut, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya raja-raja yang memerintah di Singosari seperti Kertanegara diwujudkan sebagai Bairawa dan R Wijaya Raja Majapahit diwujudkan sebagai Harhari (dewa Syiwa dan Wisnu jadi satu). Pemerintahan Raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di India dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah diterapkan terutama apabila raja tidak mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang terjadi di kerajaan Majapahit, pada waktu pengangkatan Wikramawardana.Wujud akulturasi di samping terlihat dalam sistem pemerintahan juga terlihat dalam sistem kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan sistem kasta. Sistem kasta menurut kepercayaan Hindu terdiri dari kasta Brahmana (golongan Pendeta), kasta Ksatria (golongan Prajurit, Bangsawan), kasta Waisya (golongan pedagang) dan kasta Sudra (golongan rakyat jelata). Kasta-kasta tersebut juga berlaku atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia tetapi tidak sama persis dengan kasta-kasta yang ada di India karena kasta India benar-benar diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia tidak demikian, karena di Indonesia kasta hanya diterapkan untuk upacara keagamaan.

Sistem Pengetahuan

Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654, maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M. Di samping adanya pengetahuan tentang kalender Saka, juga ditemukan perhitungan tahun Saka dengan menggunakan Candrasangkala. Candrasangkala adalah susunan kalimat atau gambar yang dapat dibaca sebagai angka. Candrasangkala banyak ditemukan dalam prasasti yang ditemukan di pulau Jawa, dan menggunakan kalimat bahasa Jawa salah satu contohnya yaitu kalimat Sirna ilang kertaning bhumi apabila diartikan sirna = 0, ilang = 0, kertaning = 4 dan bhumi = 1, maka kalimat tersebut diartikan dan belakang sama dengan tahun 1400 saka atau sama dengan 1478 M yang merupakan tahun runtuhnya Majapahit.