Assalamu'alaikum Ahlan Wasahlan
Tampilkan postingan dengan label Kumpulan Hikmah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kumpulan Hikmah. Tampilkan semua postingan

Inspiring Story

Saya membaca sebuah cerita teman begitu menarik dan mengharukan. Semoga peristiwa di bawah ini membuat kita belajar bersyukur untuk apa yang kita miliki.


Aku Terpaksa Menikahinya....


by:Rizki Pulungan


Aku Membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.

Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.

Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.

Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.

Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.

Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.

Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.

Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.

Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.

“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.

Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”

“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.

Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.

Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.

Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.

Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.

Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.

Saat pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.

Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.

Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.

Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.

Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.

Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.

Istriku Liliana tersayang,

Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.

Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.

Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.

Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!

Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.

Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.

Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.

Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”

Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”

Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”

Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”

Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.



Tips Melahirkan Secara Normal dan Lancar

Melairkan. Mendengarnya saya sedikit takut. Apalagi mendengar kemarin kakak perempuan saya melahirkan. Haduh rasanya semakin takut. Ketakutan, bayangan akan kesakitan, dan bayang-bayang melahirkan tidak normal itu pun adalah yang selalu menyelimuti pikiran. Stress lah pokoknya. Bagaimana ya cara agar bisa menghilangkan rasa itu? Bagaimana tips agar bisa melahirkan secara normal dan lancar?”

Mengubah Mind Set

Mengubah mind set, itulah yang harus kita lakukan. Bagaimana kita me-manage pikiran kita yang dipenuhi dengan ketakutan itu. singkatnya daripada memikirkan hal-hal menyeramkan tersebut lebih baik kita pikirkan saja hal-hal yang positif. hal pertama memang terletak dalam pikiran kita, karena tips apapun kalau kita begitu ketakutan maka sama saja akan fatal.

Saya pernah memaca judul tulisan yang kira-kira judulnya Melahirkan dengan Berani”, sebuah judul yang menantang. dan memang di dalamnya ditekankan bahwa jadilah kita seorng pejuang melahirkan!

Beberapa tips yang dapat saya tangkap diantaranya adalah, Tanamkan dalam hati dan percayakan bahwa kita akan melahirkan secara normal dan lancar, buang segala “desas-desus” berita menyeramkan akan melahirkan. “Kelahiran adalah menakutkan,” “Tetangga saya punya kelahiran mengerikan jadi saya akan begitu juga,” “Aku tidak bisa mengatasi rasa sakit” dll, buanglah semua itu dari kamus anda. Semakin sedikit ketakutan dan keangkeran serta ketegangan kita maka akan semakin kita merasakan kenikmatan melahirkan. Tanamkan sugesti bahwa tubuh kita adalah batu, tubuh kita bukanlah lemon, insyallah kita dapat menjalani proses melahirkan dengan berani.

Ingatlah bahwa rasa sakit dan kesenangan dalam melahirkan merupakan dua hal bersamaan yang tidak bisa dipisahkan. Berfokus pada rasa sakit hanya akan menyiksa kita. Daripada melihat kesakitan sebagai hukuman lebih baik kita pandang melahirkan itu sebagai kesenangan, sebagai hadiah yang harus dirayakan. Demikian kira-kira pesan dari judul tulisan tersebut. Jadilah berani!!

Ada satu hal yang menarik juga dalam kaitan dengan topik ini, yaitu dengan terapi hypnobirthing, yang intinya mengatur pikiran gitu. seperti yang telah dijelaskan diatas yaitu mengatur mind set kita dan penanaman sugesti positif.

diantaranya meningkatkan ikatan batin kepada bayi dengan mengajak ngobrol bayi yang ada di kandungan kita. Dalam hypnobirthing ini membiasakan ngobrol dengan bayi kita adalah hal yang penting dalam upaya menanamkan sugesti dan ikatan batin. kita bisa ngobrol seperti layaknya kita ngobrol dengan orang lain, kita tanamkan bahwa kita akan lahir normal dan saling membantu dll.

Apa itu hypnobirthing?

Hypnobirthing Berasal dari kata Yunani Hynos yang berarti tidur/pikiran tenang. Birthing adalah proses kehamilan sampai melahirkan. Pertama kali dikembangkan oleh Marie Mongan sejak tahun 1959. Hypnobirthing adalah upaya alami menanamkan niat kepikiran bawah sadar untuk menghadapi persalinan dengan tenang dan sadar.

Menurut Lanny Kuswandi, terapis Pro V Clinic (Holistic Health Care) hypnobirthing adalah relaksasi dengan penambahan sugesti melalui usapan. Tangan menjadi sarana untuk mengusap daerah bawah payudara hingga perut. Bahkan cara ini telah dilakukan oleh para ibu hamil ketika bayinya meronta dalam kandungan. Untuk menenangkan sang bayi, biasanya ibu akan mengusap perutnya diiringi dengan membisikan kalimat-kalimat lembut.

“Niat positif untuk ibu hamil adalah bayi tumbuh sehat jasmani dan rohani sampai kehamilan 9 bulan menghadapi proses persalinan dengan alami, nyaman dan lancar,” ungkap Lanny.

Selama ini yang terjadi, kebanyakan para ibu termakan pengalaman orang lain saat menghadapi proses melahirkan. Padahal pengalaman setiap orang senantiasa berbeda. Misalnya saja, jika si A menceritakan pengalaman bersalinnya berlangsung berurai air mata karena dia harus menahan rasa sakit yang amat sangat. Maka yang biasa terjadi si B akan berpikiran bahwa nantinya dia akan mengalami nasib serupa A.

Padahal penilaian ini tidak benar sama sekali. Yang perlu ditanamkan dalam pikiran setiap calon ibu adalah setiap kehamilan unik dan berbeda dan setiap bayi pun dilahirkan dalam keadaan berbeda.

“Semua orang selalu mengatakan bahwa melahirkan itu sakit sekali. Padahal kalau si ibu biasa melakukan relaksasi maka ini akan memperkecil timbulnya rasa sakit itu dan proses persalinan berjalan lancar,” terang Lanny.

Efek yang juga dirasakan, jika selama dalam kandungan bayi menerima ketenangan dan kedamaian dari kedua orang tuanya maka itulah memorinya. Tapi yang biasa terjadi saat ini, ketika ibu dalam keadaan hamil seringkali menghadapi stres lantaran beban pekerjaan. Bayi pun turut merasakan tekanan tersebut.

Empat Langkah Hypnobirthing:

1. Kepala dimiringkan di atas bahu kanan kemudian diputar sampai di atas bahu kiri, kembali ke bahu kanan sampai delapan kali hitungan. Setelah itu jari kanan di atas bahu diputar ke belakang sebanyak delapan kali. Lalu tangan tetap di atas bahu diputar ke depan sebanyak delapan kali pula.

2. Relaksasi otot. Berbaring santai, lengan disamping kanan dan kiri, telapak kanan menghadap atas. Lalu tegangkan telapak kaki hingga merambat ke betis, paha, pinggul dan dada. Pundak ditarik ke atas dan kedua telapak tangan dikepal kuat. Dahi dikerutkan, lidah ditarik ke arah langit-langit.

3. Relaksasi pernapasan. Dalam keadaan berbaring, otomatis napas akan terdorong ke arah perut. Tarik napas panjang melalui hidung sambil hitung sampai 10 kali. Kemudian hembuskan napas perlahan-lahan lewat mulut, lakukan 10 kali juga.

4. Relaksasi pikiran. Langkah ini diwakilit indra mata. Setelah mata terpejam sejenak, buka mata pelan-pelan sambil memandang satu titik tepat di atas mata. Makin lama kelopak mata makin rileks, berkedip. Pada hitungan kelima mata akan menutup. Pada saat ketiga unsur jiwa (perasaan, kemauan dan pikiran) dan raga istirahat, masukkan program positif yang akan terekam dalam alam bawah sadar.

Contoh program positif; ‘Saya dan janin di dalam kandungan akan tumbuh sehat. Dan pada saat persalinan akan menghadapinya dengan tenang’.

Pelajaran baru kan buat kita para calon ibu. Semoga dengan membaca tips ini kita tidak takut lagi untuk menghadapi persalinan nantinya. Amiin. J

Hikmah nih seru dibaca.. mempertebal keyakinan kita

Dari Kisah ini semoga kita dapat menggambil pelajaran yang berharga...
kisah ini ana dapet atas pengalaman seorang kaskuser..
ini yang dia tulis dalam treath nya....

_______________________________________________________
ni crita seorang cewek yg kena penyakit kanker stadium 4...,swktu d rmh sakit dy mninggal dunia...!!!
tp.., atas khendak yang maha kuasa dy di kmblikan k alam dunia lagi...

Ni crita ane dnger lansung dr org ny gan tp lwat chat tmv...!!!
Trsrh agan mo prcya ap gk..,prtma sich ane gk prcya..!!!
tp stlh ane tnya ma org2 trdkt ny...,rpa ny kjdian ny mmg bnr2 fakta
ane smpe gan dnger crita ni cew....
______________________________________________________

sebut aj :
A : Si Cewek Yang Pernah Mati Suri
B : Ane (maksudnya seorang kaskuser itu)

tempat dan wktu ny gk ane kasih tw gan..,cz privacy...!!!

CEKIDOT...!!!
______________________________________________________

A : km udah pernah mati trs idup lagi gak?

B : mati suri mksd ny..??

A : iya

B : gk..??mang npa.

A : gak pa"

B : Kamu prnah ya..?

A : iya..,prnh jgn pernah mau....skt bgt,sktnya wktu kita diambil rohnya lebih dari ky di kuliti mmmmmhhh..,gak bisa deh di jelasin

B : km seriuss...??

A : tanya aja Om…!!! 1 hari lebih....dari rumah sakit sm rumah smpe bsk mau di kubur aku blm bangun… jadi waktu omah datang aku bangun

B : sumpah...?? emg ny km meninggal maren gra2 ap..??

A : iya.,sumpah..!!!aku kena penyakit kanker otak stadium 4..!!

A : kita mesti rajin shalat sm ngaji....meskipun ngajinya cmn sbntar yg penting kita bca bukunya allah
slma aku gak sadar aku banyak liat orang" di siksa..,aku ngerasanya di sana lama bgt
padahal di sini cmn 1 hari lbh
banyak orang yg bilang gini yg aku inget " Ya allah cepatlah jadikan hari kiamat mu, hancurkanlah dunia ya allah aku sudah tidak tahan disinii" itu kata orang yg lagi di siksa (Nauzubilah minzalik)

B : Aku masih gk prcya klo kamu prnah mati suri...!!

A : Klo km gk prcya..,aku cmn ngingetin aja...!!!
ketika nanti kita di alam kubur...umur kita itu balik lagi sekitar 15 smpe 17
apa yg di bilang alquran bener semua sm apa yg aku alemin

B : trs ap lgi yg kamu liat...?

A : kalo dlm alquran…pertama kita di bawa malaikat ke tempat kita udah meninggal, kita bakalan liat 10 orang yg di siksa tpi aku cmn liat 7 orang wktu itu…!!! bgitu aku dtng aku di cium pipi kiri sm kanan sm wanita soleh ..,trs aku di suruh duduk
tiba" ada orang wajahnya mirip bgt sm aku tpi dia cantikk bgt aku bilang “subhanaalahhh cantikk bgt…”kta dia selamat datang disini
trs aku tanya dia kn duduk di samping aku.......aku tanya km siapa? diaa jwb aku lah amal mu.....yg akan menemani mu sbml hari kiamat gitu katanya.....trs ada orang kaki tangannya di rante in pake bola besi bolanya gedee smbil bongkok jalannya...
bau bgt nanah sm darahnya keluar trs......
aku tanya itu npa..trs kata amal aku itu bilang itu orang yg semasa hidupnya sering membunuh....gitu ada 7 sih yg aku liat
waktu itu yg ada dipikiran aku aku pingin ketemu 2 orang yg udah lama gak pernah ketemu......Opah sm mantan aku....tiba " dari sebelah kiri ada 4 orang laki smbil memegang tangan 2 orang laki" juga...!!
oh ea malaikat itu semuanya pria wajahnya sama semua.........itu yg aku liat....orang yg tadi dtng itu tau nya opah sm mntan aku...!!
waktu itu opah bilang pulanglah nak kasian ibu kamu...!!ya gitu opah aku nangis......
seudah itu mereka di bawa lagi sm 4 orang tadi...!!
tiba" aku gak bisa liat gelappp bgtt
pokonya trs ada yg jatuhh di leher aku tapi aku bisa dnger...., yg aku dnger cmn bacaan tasbih banyak bgt yg baca itu
aku jd takut trs aku ngikuti aja..,syukurnya ada cahaya yg gak begitu terang
aku bisa liat apa yg tadi ada di leher aku..,gak tau nya itu tasbih...!!!
aku baca aja bcaan tasbih.......shbs itu aku di suruh jalannn hmpir 7 hari aku jalan gak ada berentinya, aku liat banyak orang yg di siksa aku nangiss aja disitu
gak ada yg peduliin aku semuanya sibuk sm urusan masing"......
selama itu aku cmn baca alfatihah aja....
trs di dlm prjlanan aku liat batu kecil di jalan, batunya aneh..!!
aku ambil tu batu..,trs kata yg kata amal ku jgn di ambil batu itu, itu batu sangat panas katanya..!!! gak jadi aku ambil tu batu......

dsna hampir 80% kebanyakn yg di siksa kubur itu wanita...!!!
aku trs aja jalan waktu itu kedenger bunyi adzan tapi gak tau yg adzan dari mana......
aku bilang sma amal ku " amal..,aku mau shalat dulu...dimana...??
aku di bawa sama dia ke pingir pohon...
sehabis aku tayamum..,tiba" ada sejadah sm mukenanya buat shalat cewe...!!!
abis shalat aku berdoa.., sewaktu aku usap kedua tangan aku ke muka aku langsung bgn ke dunia lagi...!! (subhanallah)

A : Gitu ceritany swktu aku mati..!!

B : swktu km bgun..,gmn reaksi yg laen ny...??

A : ya jelas kaget lah..,aku langsung meluk bunda waktu itu aku cmn nangis dan aku bilang "aku takut bgt bundaaa.."


A : km tau waktu aku di RS.., soalnya aku ngidap kanker otak stadium 4
tapi skrng dokter bilang akuu positif sembuh..!!itu smua kuasa nya allahh

B : subhanallah

Wallahu a’lambishawab..

Larangan Khitbah??

Khitbah adalah jalan pembuka menuju pernikahan. Boleh dibilang, khitbah merupakan jenjang yang memisahkan antara pemberitahuan persetujuan seorang gadis yang sedang dipinang oleh seorang pemuda dan pernikahannya. Keduanya sepakat untuk menikah. Tapi, ia hanya sekadar janji untuk menikah yang tidah mengandung akad nikah. Di indonesia mungkin kita lebih mengenal kata "pertunangan" dari pada khitbah. Adapun larangan sesudah khitbah yaitu sama dengan sebelum khitbah, hanya saja khitbah disini hanyalah jalan pembuka menuju pernikahan namun belum terjadi akad nikah, nah adapun larangannya yaitu:

Dalam masa penantian sebelum resmi menikah, seorang lelaki dan perempuan wajib menjaga kehormatan dirinya. Meskipun sudah melakukan khitbah atau pertunangan, tetap saja keduanya belum dihalalkan untuk melakukan sesuatu yang lazim dipraktekkan pasangan suami isteri. Dari sini, tidak dibenarkan bagi kedua tunangan untuk melanggar batas-batas syariat, seperti percampuran dan kencan.

Dengan pengertian ini, status khatib (pelamar) tetap menjadi orang asing (bukan muhrim) bagi makhtubah (perempuan yang dilamar) begitu pun sebaliknya, meskipun si makhtubah bersedia untuk menjalin hubungan berumah tangga dgn lelaki tersebut. Kenapa agama memperhatikan hal ini? Karena dikhawatirkan bisa menimbulkan fitnah yang bermuara pada perbuatan maksiat. Yang menghalalkan hubungan suami isteri hanyalah akad nikah. Dalam konteks inilah, Nabi saw. bersabda, "Janganlah seorang laki-laki bertemu sendirian dengan seorang wanita yang tidak halal baginya, karena bahwasannya yang ketiganya adalah setan" (HR. Imam Ahmad dari Sahabat Amir bin Robi'ah). Untuk menghindari hal-hal seperti itu, solusi terbaik adalah tindakan preventif dari hal-hal yang diharamkan Allah swt., termasuk menjaga jarak dengan calon isteri atau suaminya sedini mungkin. Sebab, hubungan khatib dgn makhtubahnya adalah hubungan yang paling rawan dan berbahaya. Tidak mengherankan, jika suatu daerah memandang perlu pembatasan ruang gerak seorang khatib maupun makhtubah. Dari situlah kita mengenal tradisi memingit calon mempelai. Masa penantian setelah khitbah, memang tidak ada batas waktu secara khusus. Hanya saja masyarakat cenderung menggantungkan kepada adat yang berlaku di daerahnya. Jika kebiasaannya tiga bulan, maka waktu itulah yang dijadikan patokan. Akan tetapi itu pun tidak mutlak, tetapi tergantung kesepakatan kedua belah pihaklah yang membicarakan dan mendiskusikan tentang kapan pelaksanaan pernikahan setelah peminangan itu. Jika kedua belah pihak sepakat untuk menikah sampai ada target-target tertentu, maka itulah rentang masa khitbah yang berlaku. Begitulah batasan khitbah (tunangan) yang sesungguhnya dalam Islam. Tidak mentang-mentang sudah ada kesepakatan untuk menikah lantas bebas berbuat semaunya, tapi tetap menjungjung tinggi koridor kebenaran menurut syariat Islam. Sayangnya, masyarakat sekarang ini seperti acuh bila kedua insan yang berkhitbah melakukan hal yang jelas dilarang agama. Orang seakan memaklumi bahkan menganggap sebagai kewajaran meski harus melabrak tatanan. Bahkan pernah saya menanyakan kepada pasangan ikhwan-akhwat yang sudah berkhitbah yang melanggar tatanan dalam islam, mereka berkata, “Lah kita melakukan ini kan supaya belajar jika ketika menikah nanti tidak kaget!”. Wah..wah..kelewatan bukan?, Na’udzubillahimindzalik,.. semoga Allah melidungi kita dari hal-hal yang buruk yang membawa kita pada kemaksiatan.


Benarkah tatanan agama kian terkikis seiring dengan pergerakan masa? Mari kita renungkan!


Tulisan ini saya buat bukan untuk menyinggung beberapa teman yang sedang dalam proses pelamaran, sama sekali tidak. tapi hanya ingin membagi ilmu yang menurut saya baru dan meng-clear-kan segala macam larangan setelah khitbah. Ini seperti perintah Allah yang menyuruh saya untuk menjelaskan hal mengenai ini, dimana saya ingin mengingatkan apabila ada sahabat yang melanggarnya.

Semoga bermanfaat, Amiin..^^

Berbakti Kepada Orang Tua

Diangkat dari sebuah kisah nyata, yang dimana kisah ini sarat dengan makna dan hikmah.

Sosok pria tampan, bertubuh tinggi dengan tinggi badan 176 cm, berambut lurus putih layaknya seorang model. Ia lahir di sebuah kampung yang terletak di Jawa Tengah. Ia anak dari seorang petani desa. Tak ada yang menyangka memang ia anak seorang petani karena memang postur tubuh layaknya seorang model. Ia tinggal bersama orang tuanya, ayahnya yang begitu keras dan ibunya yan begitu sayang padanya. Seperti halnya anak-anak kecil lainnya, ia ingin sekali bermain dengan teman-temannya walau hanya di halaman rumah. Namun sifat keras ayahnya membuatnya tertekan. Setelah pulang sekolah, ia dikunci dan dikurung di kamarnya, dan setiap hari selalu seperti itu. Tepat diusianya yang ke 12 tahun, ia menderita penyakit kulit hingga akhirnya ia harus dioperasi. Setelah ia menjalani operasi, ia dihadapkan dengan masalah perceraian kedua orang tuanya, tarik menarik hak asuh anak pun terjadi. Tekanan batin pun semakin mengoyak jiwanya. Akhirnya ia memutuskan untuk tidak tinggal bersama orang tuanya, melainkan tinggal bersama Eyangnya di lain kota namun tetap satu pulau. Ia termasuk cucu kesayangan Eyangnya, fasilitas pun diberikan, dan dibiayai untuk sekolah SMPnya, Namun tinggal bersama Eyangnya pun tidak berangsur lama. Kepergian secara diam-diam pun ia lakukan, sempat Eyangnya kesal dengannya. Ia memutuskan untuk tinggal sendiri di sebuah kost remaja.

Dia tergolong anak yang pintar, ia pun masuk SMA favorit di kota itu, masuk kelas Internasional pun ia dapatkan, ia terpilih menjadi murid teladan, bahkan ia sempat menjadi model cover pada sebuah majalah. Begitu banyak nikmat yang Allah berikan padanya, namun hatinya menangis, karena orang tuanya tak pernah mecarinya. Ia pun tumbuh menjadi remaja yang keras, pemalu dan memiliki emosinal yang tinggi. Waktu pun berganti, ayahnya sempat berpesan, ”Kembalilah saat kau lulus SMA, karena ayah akan memasukkan kamu pada sekolah tinggi kepolisian”. Dengan semangat yang tinggi pun ia belajar tekun dan berlatih untuk mencapai harapannya, masuk sekolah tinggi kepolisian dan salah satunya adalah mendapat prestasi bagus untuk membahagiakan orang tuanya.

Kelulusan pun tiba, dengan nilai yang cukup bagus ia dapatkan. Ia pun menemui ayahnya, saat tiba dirumah, ayahnya dengan sangat datar menanggapi nilai yang ia dapatkan dan berkata ”Maaf nak, ayahmu ini hanya seorang petani, hasil panen akhir-akhir ini menurun jadi tidak bisa memasukkan kamu pda sekolah tinggi kepolisian” . memang saat itu zamannya paceklik. Mendengar hal itu, amarahnya memuncak, ia memarahi orang tuanya tanpa berfikir itu adalah orang tuanya dan tanpa mengerti situasi yang dihadapi orang tuanya, tak fikir panjang ia pun lalu pergi.

Ia berfikir bagaimana ia bisa melanjutkan kuliah, akhirnya ada sebuah lembaga dakwah, ia direkrut untuk ikut dalam organisasi itu, dijanjikannya ia dalam pembiayayaan kuliah dengan syarat harus mengabdi seumur hidup pada organisasi itu. Tak ada pilihan lain, akhirnya ia pun menyanggupinya. Dengan ilmu yang ia miliki, ia pun menjadi ketua pada organisasi itu. Semakin ia dewasa, ia tumbuh menjadi pria sholeh, namun rasa benci pada orang tuanya membuatnya tidak pernah datang menemui orang tuanya. Ia berfikir bisa berdiri sendiri. Namun keresahan hatinya selalu ia rasakan.

Bisa kita ambil hikmah dari kisah diatas, bahwa sejelek-jelek orang tua kita, sebanyak-banyaknya kesalahan orang tua kita, kita harus menerima bahwa itulah orang tua kita, kita tidak boleh membenci mereka, jangankan membenci, berkata ”Ah” pun tidak boleh. jangan kita merasa bangga dengan apa yang telah kita dapatkan. Sesholeh-sholeh, sesholeha-sholeha, dan seberhasil apapun kita jika kita tidak patuh pada orang tua, maka tidak berfaedahlah apa yang telah kita usahakan. Menjadi orang tua pun tidak gampang, semoga kelak kita menjadi orang tua yang baik dan dapat membimbing anak-anak kita nanti. Nah disini saya akan mengulas sedikit tentang bakti terhadap orang tua,

Terdapat banyak ayat yang mendudukkan ridha orang tua setelah ridha Allah dan keutamaan berbakti kepada orang tua adalah sesudah keutamaan beriman kepada Allah. Allah berfirman yang artinya, “Dan Kami perintahkan kepada manusia kepada dua orang ibu-bapanya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu.” (QS. Lukman: 14). Lihat pula QS. al-Isra 23-24, an-Nisa 36, al-An’am 151, al-Ankabut 08.

Ada lima kriteria yang menunjukkan bentuk bakti seorang anak kepada kedua orang tuanya

Pertama, tidak ada komentar yang tidak mengenakkan dikarenakan melihat atau tercium dari kedua orang tua kita sesuatu yang tidak enak. Akan tetapi memilih untuk tetap bersabar dan berharap pahala kepada Allah dengan hal tersebut, sebagaimana dulu keduanya bersabar terhadap bau-bau yang tidak enak yang muncul dari diri kita ketika kita masih kecil. Tidak ada rasa susah dan jemu terhadap orang tua sedikit pun.

Kedua, tidak menyusahkan kedua orang tua dengan ucapan yang menyakitkan.

Ketiga, mengucapkan ucapan yang lemah lembut kepada keduanya diiringi dengan sikap sopan santun yang menunjukkan penghormatan kepada keduanya. Tidak memanggil keduanya langsung dengan namanya, tidak bersuara keras di hadapan keduanya. Tidak menajamkan pandangan kepada keduanya (melotot) akan tetapi hendaknya pandangan kita kepadanya adalah pandangan penuh kelembutan dan ketawadhuan. Allah berfirman yang artinya, “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. al-Isra: 24)

Urwah mengatakan jika kedua orang tuamu melakukan sesuatu yang menimbulkan kemarahanmu, maka janganlah engkau menajamkan pandangan kepada keduanya. Karena tanda pertama kemarahan seseorang adalah pandangan tajam yang dia tujukan kepada orang yang dia marahi.

Keempat, berdoa memohon kepada Allah agar Allah menyayangi keduanya sebagai balasan kasih sayang keduanya terhadap kita.

Kelima, bersikap tawadhu’ dan merendahkan diri kepada keduanya, dengan menaati keduanya selama tidak memerintahkan kemaksiatan kepada Allah serta sangat berkeinginan untuk memberikan apa yang diminta oleh keduanya sebagai wujud kasih sayang seorang anak kepada orang tuanya.

Perintah Allah untuk berbuat baik kepada orang tua itu bersifat umum, mencakup hal-hal yang disukai oleh anak ataupun hal-hal yang tidak disukai oleh anak. Bahkan sampai-sampai al-Qur’an memberi wasiat kepada para anak agar berbakti kepada kedua orang tuanya meskipun mereka adalah orang-orang yang kafir.

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergauilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Lukman: 15)

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang membacanya. Amiin.