Assalamu'alaikum Ahlan Wasahlan

Pilkada 2012

CAGUB/CAWAGUB PERUBAH DKI JAKARTA


Nama penulis: Nina Nursartika
Kelas: 3SA03
Karya Ilmiah Populer (Tugas Mingguan Jurnalistik 2)


ABSTRAK

Pilkada alias pemilihan kepala daerah Gubernur/Wakil Gubernur DKI Jakarta sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat yang setiap 5 tahun sekali berlangsung dan kali ini pun masih akan berlangsung pada tahun 2012. Saat ini sudah mulai muncul di tengah masyarakat baik melalui rumors, pemberitaan media massa ataupun hasil survei yang dilakukan sebuah lembaga riset belum lama ini tentang 6 pasangan cagub/cawagub DKI Jakarta periode 2012-2017 mendatang yang sudah mendaftar di KPU setempat antara lain empat pasangan berasal dari koalisi Parpol dan 2 pasangan independen. Keenam pasangan tersebut adalah Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli, yang diusung tujuh parpol, yaitu Partai Demokrat, Hanura,PDS, PKB, PBB, PMB, dan Partai Damai Kasih Bangsa (PDKB); Joko Widodo dan Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) diusung PDIP dan Gerindra; Alex Nurdin dan Nono Sampono yang didukung Partai Golkar, PPP dan PDS; Hidayat Nurwahid dan Didi J Rachbini yang didukung PKS dan PAN. Dua pasangan lainnya dari jalur independen yang terdiri dari pasangan Faisal Basri dan Biem Benyamin serta Hendardji Soepandji-Ahmad Riza Patria. Untuk menjadi seorang cagub/cawagub memiliki tantangan dan kemungkinan menjadi pemenang pilkada. Masing-masing pasangan kandidat pun pasti memiliki keunggulan maupun kekurangan. Dari beberapa 6 pasangan tersebut ada satu fenomena yang tidak pernah terjadi yaitu pasangan Joko Widodo (Asli pribumi) dan Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) (non pribumi) diusung PDIP dan Gerindra. Namun dari berbagai visi-misi masing-masing kandidat yang akan terpilih adalah yang memiliki suara rakyat terbanyak yang pasti mampu memimpin dengan cerdas, jujur, dan bijaksana.

Kata-kata kunci: peluang, tantangan, keunggulan, kekurangan, kemungkinan pemenang, fenomena Ahok.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemilihan kepala daerah DKI Jakarta yang setiap lima tahun sekali diadakan menghasilkan gubernur DKI Jakarta yang baru pula yang akan memimpin DKI Jakarta dengan maksud membuat Jakarta menuju Jakarta yang lebih baik, menyelesaikan masalah-masalah di DKI Jakarta dengan tuntas. Rakyat hanya bisa memilih pasangan calon yang terbaik dengan memilih pasangan kandidat yang membawa visi misi mulia. Namun alhasil masalah-masalah yang ada di DKI Jakarta setiap tahunnya bertambah meski dipegang oleh gubernur yang baru.
Melalui penulisan karya ilmiah ini kami bermaksud untuk mengupas seperti apa 6 pasangan cagub/cawagub DKI Jakarta pada pilkada tahun 2012 ini. Semoga bisa lebih membuka wawasan kita untuk tidak salah pilih untuk memilih gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017 kali ini.

1.2. Pembahasan

Melihat dari sisi latar belakang serta memahami pembahasannya maka penulis dapat memberikan batasan-batasan yang akan dibahas dalam karya ilmiah ini yaitu mengenai tantangan yang dihadapi para cagub/cawagub DKI Jakarta, kekurangn dan kelebihan apa saja yang dimiliki oleh para kandidat, dan fenomena Ahok yang muncul dari 6 pasangan cagub/cawagub DKI Jakarta.

1.3. Rumusan Masalah

Melihat dari sisi latar belakang serta memahami pembahasannya maka penulis dapat memberikan batasan-batasan masalah yang akan dibahas dalam tulisan ini:
1. Apa saja tantangan dan peluang untuk menjadi pemenang dalam pilkada cagub/cawagub DKI Jakarta periode tahun ini?
2. Apa keunggulan dn kekurangan masing-masing cagub/cawagub DKI Jakarta dari 6 pasangan yang ada?
3. Bagaimana fenomena Ahok sebagai cagub/cawagub DKI Jakarta yang berbeda dari yang lain?

1.4. Tujuan Penulisan

Tujuan daripada penulisan ini adalah:
1. Mengetahui apa saja tantangan dan peluang untuk menjadi pemenang dalam pilkada cagub/cawagub DKI Jakarta periode tahun ini
2. Mengetahui apa yang menjadi keunggulan dan kekurangan masing-masing cagub/cawagub DKI Jakarta dari 6 pasangan yang ada.
3. Mengetahui bagaimana Fenomena Ahok sebagai cagub/cawagub DKI Jakarta yang berbeda dari yang lain.

1.5. Manfaat Penulisan

Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat menginspirasi pembaca khususnya generasi muda untuk membentuk pandangan yang luas untuk mengenal cagub/cawagub DKI Jakarta periode ini untuk memilih dengan tepat sesuai hati nurani, manakah yang terbaik untuk memimpin daerah Jakarta.

1.6. Metode Pengumpulan Data

Data penulisan karya ilmiah ini diperoleh dengan metode studi kepustakaan. Metode kepustakaan yaitu suatu metode dengan membaca teori yang kita butuhkan. Selain itu kami pun memperoleh data dari internet.


BAB II
PEMBAHASAN


Pemilihan Gubernur DKI Jakarta Sesuai dengan Keputusan KPU Provinsi DKI Nomor 01/Kpts/KPU-Prov-010/2011 tentang Hari dan Tanggal Pemungutan Suara Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Tahun 2012, hari pemungutan suara ditetapkan 11 Juli 2012. Dari 6 pasangan cagub/cawagub DKI Jakarta, 4 pasangan diusung oleh partai politik dan 2 pasangan adalah melalui jalur independent. Dan berikut adalah nama-nama Bakal Cagub/Cawagub DKI jakarta 2012-2017 berserta partai yang mengusungnya: 1) Faisal Basri dan Biem Benyamin – Jalur Independen, 2) Hendardji Supandji dan Achmad Riza Patria – Jalur Independen, 3) Alex Nurdin dan Nono Sampono – Golkar, PPP, dan Sejumlah Partai Non Parlemen, 4) Hidayat Nurwahid dan Didik J Rachbini – PKS dan PAN, 5) Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama – PDIP dan GERINDRA, 6) Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli – Partai Demokrat, PAN, PKB, Hanura, PBB, PDS, PKDI, dan PKNU.
Pilgub DKI Jakarta merupakan ajang politik yang sangat bergengsi di negeri ini, karenanya tidak heran jika banyak tokoh berlomba mencari kendaraan politik melalui partai politik (parpol) untuk mengajukan dirinya sebagai bakal calon gubernur (cagub) dan calon wakil gubernur (cawagub) DKI Jakarta. Namun dari ramainya bursa pencalonan gubernur DKI jakarta kali ini apakah menjamin bila pelaksanaan pilkada nanti akan berjalan sukses, terutama yang berkaitan dengan partisipasi masyarakat. Pertanyaan itu tentu masih belum bisa dijawab karena pilkada DKI Jakarta belum digelar.
Dalam analisis kali ini tantangan yang dihadapi dari ke 6 pasangan calon cagub/cawagub DKI Jakarta adalah berlomba untuk mendapatkan antusiasme dari masyarakat. Karena ke 6 pasangan tersebut masing-masing memiliki program dan keunggulan yang mereka ajukan. Bagaimana strategi yang baik untuk mendapatkan antusiasme dari masyarakat, adalah pertama; KPUD DKI Jakarta sebagai penyelenggara pilkada mulai dari sekarang sudah harus menyosialisasikan pilkada kepada warga DKI jakarta, khususnya kepada pemilih pemula secara kontiniyu. Karena diperkirakan kalangan pemuda merupakan pemilih terbesar di DKI Jakarta. Selain itu KPUD DKI Jakarta juga harus bisa mendata dengan cermat dan tepat calon pemilih, sebab banyak pilkada di daerah lain yang tidak bisa mendata pemilih secara cermat dan tepat, sehingga hasil pilkada terkesan tidak demokratis. Kedua; Parpol diharapkan jangan hanya bisa memperjuangkan kemenangan cagub/cawagubnya saja dalam pilkada, tetapi juga harus bisa memberikan pendidikan politik kepada masyarakat mengenai pentingnya keikutsertaannya dalam pilkada. Cagub/cawagub pun jangan hanya memasang spanduk promosi pribadi, tetapi harus proaktif dalam mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam pilkada. Ketiga; Media harus bisa memberitakan kepada khalayak mengenai cagub/cawagub secara seimbang dan tidak memihak. Dalam konteks komunikasi politik, media harus bisa menginformasikan bagaimana track record cagub/cawagub secara objektif.
Di lihat dari segi kekuatan dan kekurangan 6 pasangan cagub/cawagub DKI Jakarta dinilai hampir merata. Dalam pandangan pengamat politik Ari Junaedi, pasangan Hidayat Nurwahid-Didik J Rachbini dari PKS diprediksi akan maju pada putaran kedua karena Mesin politik PKS terbukti sangat kuat dalam pilkada Jakarta 2007, Adang-Dani di waktu itu hampir bisa mengalahkan Fauzi-Prijanto yang didukung oleh hampir semua partai lain di parlemen ibukota. Jokowi-Ahok sudah membuktikan diri sebagai politisi yang bersih saat menjabat sebagai kepala daerah di tempat lain. Jejak Jokowi dan Ahok saat memimpin Kota Solo dan Kabupaten Belitung Timur bisa menjadi alat kampanye yang cukup efektif untuk meraup suara di Jakarta. Untuk Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli dari Partai Demokrat peluangnya akan sulit karena kepemimpinan Fauzi Bowo selama lima tahun terakhir dinilai tidak banyak menghasilkan perubahan untuk Jakarta yang lebih baik. Di sisi lain, reputasi Alex Noerdin sebagai Gubernur Sematera Selatan dan kesuksesannya menyelenggarakan ASEAN Games (SEA Games), juga sedikit tercoreng karena kasus korupsi Wisma Atlet juga bagian dari SEA Games meskipun Alex tidak terlibat. Pasangan dari calon independen Faisal Basri-Biem Benyamin dan Hendardji Soepandji-Reza Patria memang mempunyai kemampuan untuk memimpin Jakarta, namun untuk memenangi pemilu, mereka butuh mesin partai. Sayangnya itu yang tidak mereka punya. Persentase hasil sementara pasangan cagub/cawagub DKI Jakarta yaitu 1.) Alex Noerdin-Nono Sampono = 23 (2.70%), 2.) Faisal Basri-Biem T.Benjamin = 23 (2.70%), 3.) Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli = 35 (4.10%), 4.) Hendardji Supandji-achmadriza Patria = 3 (0.35%), 5.) Hidayat Nurwahid - Didik jrachbini = 117 (13.72%) Joko Widodo - Basuki T.Purnama = 652 (76.44%). Dari hasil presentase di atas kemungkinan pasangan Hidayat Nurwahid - Didik jrachbini dan Joko Widodo - Basuki T.Purnama akan maju pada putaran kedua.
Dari 6 pasangan cagub/cawagub DKI Jakarta saat ini terlihat fenomena yang berbeda yaitu datang dari pasangan Joko Widodo - Basuki T.Purnama (Ahok). Pasalnya Jokowi- Ahok adalah representasi Pri – non Pri. Ini menarik. Jokowi yang wong Jowo asli (mewakili kelompok pribumi),berpasangan dengan Ahok yang adalah keturunan Tionghwa (mewakili kelompok non pri). Ini adalah fenomena baru sepanjang sejarah. Jokowi- Ahok merupakan representasi mayoritas dan minoritas. Jokowi yang Jawa jelas mewakili kelompok mayoritas masyarakat Indonesia. Sementara itu, Ahok yang Tionghwa mewakili kelompok minoritas. Jokowi-Ahok merupakan representasi pluralitas Indonesia. Dari sederet perbedaan itulah yang membuat fenomena berbeda.
Namun dari berbagai perbedaan program yang ada dalam 6 pasangan cagub/cawagub DKI Jakarta, siapapun yang akan terpilih nanti semoga tidak menyecewakan rakyat kembali. Dengan kekurangan dan kelebihan para pasangan tersebut semoga menempuh tahapan strategi dengan jalur yang jujur dan bersih.


BAB III
PENUTUP


Demikianlah penulisan karya ilmiah mengenai cagub/cawagub DKI Jakarta periode 2012-2017. Semoga bisa bermanfaat bagi yang membacanya. Agar pembaca bisa lebih terbuka pikiran untuk mengenal lebih jauh bagaimana 6 pasangan cagub/cawagub DKI Jakarta agar tidak salah pilih terlebih golput. Suarakan hak kita untuk Jakarta yang lebih baik.


Daftar Rujukan


Afifah Riana, Soebijoto Hertanto. 2011. Inilah Jadwal dan Tahapan Pilkada DKI 2012. http://megapolitan.kompas.com/read/2011/12/15/11262278/Inilah.Jadwal.dan.Tahapan.Pilkada.DKI.2012. Diakses pada tanggal 28 April 2012.

Andriana Deni. 2012. Calon Gubernur DKI Jakarta 2012-2017. http://goyangkarawang.com/2012/03/calon-gubernur-dki-jakarta-2012-2017/. Diakses pada tanggal 28 April 2012.

Suryana Dede. 2012, Peluang Kelolosan Cagub-Cawagub Independen Tipis. http://jakarta.okezone.com/read/2012/03/22/505/598178/peluang-kelolosan-cagub-cawagub-independen-tipis. Diakses pada tanggal 28 April 2012.








0 komentar:

Posting Komentar