Karya : Nina Nursartika
Sesosok pria tampan, berkemeja hitam menghampiri seorang gadis berkerudung putih yang sejak tadi berdiri di terotoar jalanan. Gadis itu menunggu-nunggu kehadiran pria itu. Senyum pun terlontar dari pria tampan itu. Si gadis itu pun membalas dengan malu-malu. Mereka berniat untuk pergi menonton. Sudah hampir 2 bulan mereka tak bersua, si gadis berkerudung itu sangat merindukannya, ia berharap pria idamannya itu pun merasakan sama dengan apa yang ia rasakan. Di perjalanan mereka pun duduk bersebelahan, pria itu hanya bertanya seputar keseharian si gadis dengan pandangan mengarah pemandangan luar. Berkesan biasa saja, dalam hati si gadis itu sangat bahagia bisa duduk bersebelahan dengan pria itu, ingin menyentuh tangannya namun pria itu seperti menghindari, si gadis berfikir "hmm..mungkin ia akan memegang tanganku nanti saat jalan", ia pun pandangi wajah pria itu karena itu mungkin pertemuan terakhirnya. Ia pun menonton film, lalu selesai menonton mereka pulang, saat jalan pria itu didepan dengan langkah cepat dan gadis itu dibelakang pria itu mengikuti langkahnya, ternyata pria itu tidak juga memegang tangannya padahal pria itu berjanji menggenggam tangan si gadis jauh sebelum pertemuan itu. Si gadis hanya terdiam, ada kesedihan dalam hatinya. ternyata pertemuan yang ia tunggu-tunggu sejak lama tidak seperti yang ia bayangkan. Saat di Bus, mereka pun duduk bersebelahan, si gadis mencoba menyingkirkan perasaan sedih itu & tetap menikmati perjalanan yang hanya sebentar itu. Si gadis sudah tidak berharap pria itu menyentuh tangannya, ia mengeluarkan uang dari tasnya lalu memberikannya kepada pria itu dan mengepal tangannya sendiri. tiba-tiba pria itu menarik tangan si gadis dan ia genggam. tersentak gadis itu terkejut dan bertanya dalam hati "ada apa dengannya?", si pria itu hanya memandangi pemandangan luar sambil menceritakan pengalamannya dulu saat ia masih duduk di bangku kuliah. Si gadis mendengarkan dengan seksama sambil memandangi wajah pria idamannya itu. ia berkata dalam hati, "aku sangat bangga & kagum padamu..aku ingin menjadi istrimu kelak..menjadi yang terbaik untukmu yang selalu ada saat suka & duka. aku berharap kau akan memilihku, menungguku, & selalu menjaga hatimu untukku. Tapi yang ku punya hanya ketulusan & kesetiaan hatiku. Tahukah kamu? sikapmu yang selalu membuat harapan ini redup. Hanya do’a yang kupanjatkan dengan penuh harap & cemas. Jika ku harus terluka & mati pun aku rela asal untuk kebahagiaanmu. Jangan pergi meninggalkanku.., aku mohon…”.air mata si gadis itu hampir menetes namun tersentak pria itu memberi tahu bahwa sudah hampir sampai. Si gadis itu bersiap untuk turun. Untunglah air mata itu belum menetes. Si gadis pun semakin mengenal sikap pria itu, si gadis itu yakin bahwa pria itu pun bahagia dengan pertemuan seharinya itu, dan si gadis itu meneruskan hari-harinya dengan penuh harap & cemas. Berharap si pria itu memilihnya & menghubunginya karena si pria itu tidak pernah lagi menghubunginya kecuali ia yang menghubungi. Cemas karena takut pria itu meninggalkannya. Pertanyaannya apa yang terjadi pada si gadis? Apakah perasaan itu?
Setelah beberapa hari pertemuan itu, si gadis merasakan kesedihan yang luar biasa, hari-harinya dipenuhi dengan tangisan air mata. Si gadis memberanikan diri untuk menulis surat untuk pria itu via email. Pria itu pun membalas suratnya, pria itu mengungkapkan alasan mengapa sikapnya berubah, pria itu memaparkan syarat jika gadis itu ingin menjadi istrinya maka harus dapat sesuai dengan apa yang pria itu inginkan. Pria itu termasuk tipe pemilih dalam memilih pasangan. Gadis itu akhirnya tahu dan ada hasrat dalam hatinya untuk berusaha mewujudkan apa yang pria itu inginkan. Disini terlihat sekali bahwa si gadis sangat mencintai pria itu, berkesan memohon agar pria itu tidak meninggalkannya. Si gadis mulai berfikir, ia telah menjatuhkan pilihannya pada pria itu jadi apapun harus ia lewati. Ia yakin ia mampu. Di dalam syarat, pria itu menginginkan istrinya kelak akan selalu tampil cantik. si gadis berkaca pada dirinya di malam hari, ia memandangi cermin, menatap wajahnya sendiri, ia menggeraikan rambut panjangnya dan perlahan mulai menyisir rambutnya. Ia berkata dalam hatinya “Aku tidak cantik.., banyak kekurangan dari tubuhku, apa kau bisa menerimaku?,sedangkan syaratmu tidak kumiliki, hanya pria yang tulus mencintai aku yang bisa menerimaku dengan seperti ini.” Lalu ia menghela nafas dalam. Ia membaca email pria itu berulang kali, syarat yang lain, pria itu menginginkan istrinya sehat jasmani & rohani. Si gadis itu menghela nafas dalam lagi, ia berkata “fisikku lemah..,aku pun memiliki penyakit, hmm…tidak masuk kriteriamu.”, gadis itu terus berfikir.., terlalu jauh dari syarat, yah hanya itu kesimpulannya. Banyak pilihan pria-pria yang datang padanya namun hatinya telah kagum pada sosok pria itu, mungkin pantas pria itu dikagumi karena memang pantas dikagumi. Melihat pria itu saja, si gadis sudah mulai tidak percaya diri untuk bisa memilikinya secara utuh apalagi setelah gadis itu tahu criteria yang diinginkan oleh pria itu, benar-benar tidak berharap banyak lagi mungkin sudah tidak berharap lagi. Si gadis hanya bisa terusaha mewujudkan syarat itu, tapi tidak berharap pria itu memilihnya. Si gadis berusaha untuk ikhlas hati, tidak bisa memaksa pria itu tetap menjaga cinta dihatinya untuknya. Hanya pria tulus mencintainyalah yang bisa menerima semua kekurangannya. Tapi sulit baginya menerima cinta lain dihatinya. Ia tidak berharap akan ada pria lain mengisi hari-harinya. Percaya dirinya sudah tidak ada lagi, hanya mengikuti air yang mengalir. Pertemuannya di rumah makan tua kala itu hanya menjadi kenangan terindah dalam hidupnya & hanya untuknya. Pastilah sangat beruntung gadis yang mendapatkan pria idamannya itu. Do’alah yang menjadi pegangan si gadis manis itu dalam semua harapannya.
0 komentar:
Posting Komentar